Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc.
Kesulitan menentukan siapa saja para pahlawan adalah sebuah masalah tersendiri. Permasalahannya, yang sering tergambar dalam benak kita adalah sosok penuh ketenaran yang berjuang dengan dedikasi tinggi membela rakyat, bangsa, dan negara. Bayangan yang langsung muncul adalah sosok Pangeran Diponegoro, Bung Tomo, atau Sultan Hassanuddin.
Jika benar, ini berarti memang membutuhkan syarat yang banyak untuk menjadi seorang pahlawan. Pertama, setidaknya dia harus dikenal dan karismatis. Selanjutnya, ia mempunyai prestasi besar yang mengubah jalannya sejarah. Jika kriteria ini yang kita pakai, maka jangan berharap kita akan menemukan kembali para pahlawan itu di masa kini, era reformasi. Terlalu banyak sosok yang dikenal saat ini, namun prestasinya tak lebih dari sekedar mewarnai pemberitaan media massa negeri ini, bukan mewarnai sejarah apalagi mengubahnya. Sebut saja nama-nama besar dari mulai pejabat, tokoh bangsa, atau aktifis mahasiswa sekalipun, manakah diantara mereka yang prestasinya bisa setara dengan para pahlawan jaman perjuangan ? Jangan-jangan, negeri kita ini memang sudah tidak produktif lagi mencetak para pahlawan ?
Jawabnya, Kalla ballaa. tidak sekali sekali tidak. Banyak diantara mereka masih merasa menjadi orang biasa-biasa saja, hingga puluhan tahun terlewat barulah gelar pahlawan itu tersemat disamping namanya. Ini berarti, yang disebut-sebut banyak orang sebagai pahlawan bukanlah karena sosoknya, namun karena kerja-kerja kepahlawanannya. Tidak penting ia dari mana dan seperti apa bentuknya, apa saja deretan gelarnya, namun yang penting adalah sudahkah ia menuai prestasi bagi bangsa ini. Singkatnya, gelar pahlawan sangat debatable.Namun kerja-kerja kepahlawanan, hampir semua orang dengan serta merta akan mengakuinya.
Jadi, tak perlu susah-susah mencari para pahlawan. Karena pahlawan bukanlah siapa tapi apa pekerjaannya ? apa saja prestasinya ? Tugas kita sekarang bukan lagi menjadi pahlawan, namun menjaga sejarah kepahlawanan mereka. Ini berarti kita harus meneruskan kerja-kerja mereka, namun kali ini tanpa diiringi dengan embel-embel sebagai pahlawan. Siapapun kita dan dimanapun posisi kita. Para pelajar, mahasiswa harus menghargai sejarah kepahlawanan bangsa ini. Ini artinya, kerja-kerja kita haruslah membangun bangsa ini, lewat karya intelektual, usulan dan gagasan ilmiah. Bukan sebaliknya, menodainya dengan tawuran brutal atau aksi hedonis di mall-mall dan kebebasan yang keblabasan.
*sumber : www.eramuslim.com (dengan sedikit perubahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar