Senin, 23 Agustus 2010

BENARKAH ISLAM IDENTIK DENGAN TERORIS


        Masih lekat dalam ingatan kita atas kejadian Bom bunuh diri yang terjadi di dua hotel bintang lima ternama di kuningan ,Jakarta beberapa bulan silam. Diman para pelaku tersebut mendapat julukan sebagai “teroris”. Teroris yang mengatasnamakan Islam pada Visi dan Misinya. Mengatasnamakan dalil Allah pada jihad agar mendapat ridhaNya. Namun apakah jihad dalam Islam harus menjadi teroris? 
Pertama-tama pandanglah terlebih dahulu definisi dari teroris.  Sadarkan kita bahwa sebenarnya istilah terorisme itu adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Amerika sebagai pengganti untuk istilah  “Common-Enemy” setelah istilah “Cold War” atau “The Red Devil”. Sehingga dewasa ini istilah terorisme dapat didefinisikan sebagai “Tindakan meneror, merusak, dan menghancurkan segala hal yang berhubungan dengan kepentingan AS”. Jadi, seseorang akan mendapatkan predikat sebagai seorang  teroris jika orang tersebut merugikan Amerika.  Sebab itu “Dunia” menyatakan jika HAMAS adalah teroris, Muslim Moro adalah teroris, dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan  Zionis-Israel yang jelas-jelas Dajjal itu tidak disebut teroris. Kaum NeoLib yang jelas-jelas sejak tahun 1967 menjual murah bangsa ini kepada imperialisme asing Yahudi Internasional, juga tidak dikatakan sebagai teroris, padahal dampaknya sangat dahsyat ribuan kali ketimbang semua pemboman yang pernah terjadi di Indonesia.
Pemboman berantai yang dilakukan oleh sekelompok  orang yang mengatasanamakan Islam di Indonesia, dalam kacamata Syariah Islam tidaklah benar walaupun dalil yang dipakai ayat-ayat Qur’an. Analogikan saja dengan  dukun dan paranormal yang melakukan kemusyrikan juga menggunakan ayat-ayat dari kitab yang sama. Asumsi yang kelompok ini gunakan untuk melakukan aksi mereka adalah mengutip ayat-ayat perang, seperti surat al Baqarah ayat 190-191, al Anfal ayat 60, dan yang lainnya, untuk memperkuat argumentasi mereka. Di samping itu, kelompok ini sering mengutip sebuah hadis yang menceritakan tentang pengutusan Nabi kepada Muhammad bin Maslamah untuk membunuh Ka’ab bin al Asyraq. (lihat: Bukhari Bab Maghazi).
  Peperangan dalam Islam bersifat membebaskan, yakni pembebasan manusia dari penghambaan kepada selain Allah SWT. Perang dalam Islam sangat bersifat adil, tidak sembarangan, tidak boleh membunuh non-kombatan, tidak boleh merusak pepohonan, tidak boleh berlebihan, dan sebagainya. Karena Islam adalah agama yang damai, berikut adalah dalil-dalil yang digunakan sebagai dasar untuk menentang teroris:
·            “wahai Muhammad serulah manusia pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik, sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya”
( Q.S. Annahl : 25),
·            dan ayat “telah kami tetapkan kepada Bani Israil bahwa siapapun yang membunuh seseorang tanpa ada bukti yang bahwa ia telah melakukan pembunuhan atau kefasidan di muka bumi ini, maka dia sama seperti telah membunuh seluruh umat manusia” ( Q. S. Al Maidah : 32), dan ayat-ayat lain yang memuat seruan perdamaian dalam Islam
·            Dalam Hadis Nabi pun  dinyatakan bahwa aksi teror merupakan tindakan yang tercela dan dilaknat.
·            Sejalan dengan Hadis tersebut, Imam Shadiq menyatakan bahwa sesungguhnya Islam melarang aksi teror.
Dari dali-l-dalil tersebut didapat kesimpulan bahwa dalam Islam tidak ada tindakan teror karena tidak diperbolehkan dan sebaliknya Islam cinta kedamaian. Kemudian asumsi tersebut dikorelasikan dengan kata “Islam” itu sendiri. Secara leksikal kata “Islam” berarti damai dan tenteram, sedangkan “teror” berarti tindakan brutal. Jadi antara kedua kata tersebut sangat bersinggungan. Damai ko’ brutal!, demikianlah perkataan Hamid Abdullah ketika menjadi pembicara dalam seminar “Islam dan Terorisme“ di PP. Annawari Sera Tengah Bluto Sumenep Madura bulan lalu. 
Apa yang dilakukan teroris dengan meledakkan bom dua kali di Bali dan tiga kali di Kuningan, jelas suatu tindakan yang tidak bisa dibenarkan dalam syarat-syarat peperangan dalam Islam. Benar jika Bali dipenuhi oleh turis dari Barat, benar jika JW Marriot dan Ritz Carlton milik Amerika, tapi apakah mereka memerangi umat Islam dengan bom dan peluru? Di Indonesia jelas tidak. Jikalau mereka memerangi umat Islam, mereka menggunakan cara halus seperti perang ekonomi dan pemikiran, maka harusnya dihadapi juga dengan perlawanan di bidang ekonomi dan pemikiran, bukan dengan bom. Itu adalah cara yang adil.
Sayangnya, kebanyakan umat Islam sekarang ini banyak yang menjadi umat yang reaktif, bukan umat yang aktif. Kita sangat tertinggal hampir dalam semua sektor dibandingkan dengan umat yang lain. Dulu pernah ada gerakan dakwah yang militan dan lurus, menyampaikan al-haq dan melawan al-bathil dengan penuh izzah walau kepada penguasa sekali pun, sayang sekarang semuanya sudah sirna terbakar gemerlap kursi kekuasaan, sehingga yang haq bisa jadi bathil dan juga sebaliknya.  Kita sebagai umat Islam dalam memandang aksi-aksi terorisme yang kemarin terjadi di Kuningan memang harus bersikap prihatin. Namun jangan salah, teroris yang membom dua hotel di Kuningan kemarin itu “cuma” menewaskan sembilan orang. Ada teroris yang jauh lebih besar, lebih berbahaya, lebih ganas, lebih rakus, yakni teroris yang dilakukan dengan diam-diam, dengan penuh senyum, yang dilakukan para Neolib sejak empatpuluh tahun lalu di negeri ini.
Sahabatku sekalian,dari uraian di atas, teringatlah kita pada salah satu stasiun televisi swasta yang menyiarkan sebuah acara yang membahas tentang terorisme yang memasuki sekolah dan kampus.  Disana divisualisasikan dengan gambar sekelompok anak ROHIS sedang berhalaqah dengan seorang Tutor. Lantas apakah dengan berita seperti itu akan menghentikan langkah “jihad” dan “dakwah” kita dalam mencari Ridha Allah swt berupa Ilmu ?
Kita semua sepakat terorisme bukanlah Islam. Kita pun sepakat terorisme tidak boleh tumbuh di negeri ini. Tapi jangan sampai pencegahan terorisme menyudutkan sekelompok atau organisasi Islam. Hingga kita semua saling curiga dan memusuhi saudara sendiri. Jangan pula kita dibodohi dengan analisis tidak cerdas media atau seorang pakar. Bedakan pembinaan teroris dengan pembinaan diri untuk menjadi muslim yang baik. Jangan asal tuduh dan curiga. Semoga fitnah ini segera berlalu dan kita diberi kekuatan dan keikhlasan untuk menegakkan “kalam” Allah dimuka bumi... Allahumma aamiin…
 Wallahu’alam bishawab.
<> 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar