Jumat, 24 Desember 2010

Pinta terakhir Ibunda

Sejenak saya ingin bercerita tentang kisah cinta antara saya dan ibu saya..
Ibu,dia adalah sosok wanita yang tangguh, tak pernah lelah dan tak pernah menyerah dengan segala ujian hidup ini. Sedih senang selalu ibu hadapi dengan senyuman meski terkadang beliau paksakan mengembangkan senyuman itu karena tak ingin melihat saya dan adik-adik saya ikut sedih.
Ayah kami telah menghadap Allah sejak 10 tahun lalu, saya memiliki 1 orang adik bernama Rahma yang kini kelas 6 SD. Ibu kami tiap hari bekerja keras  untuk mencukupi kehidupan kami sehari-hari. Mencuckani baju tetangga jika jasa beliau dibutuhkan, mencuci piring di acara pernikahan dan pekerjaan apapun pasti akan beliau terima meski terkadang beliau merasa lelah.  Ibu selalu berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan kami.


Sekarang saya menuntut ilmu disebuah peguruan tinggi swasta yang jaraknya 6 jam dari rumah. Maka saya memutuskan untuk tinggal di rumah kontrakan yang sangat sederhana  yang jaraknya cukup dekat dengan  kampus  bersama teman-teman saya. Tiap harinya saya membantu menyiapkan kebutuhan-kebutuhan dosen, dan dari sinilah penaghasilan utama saya.
Suatu hari adik saya menelpon berkali-kali tapi karena kesibukan saya dikampus, saya tidak sempat mengangkat telponnya. 3 hari setelahnya saya berniat memberi kejutan pada ibu. Saya pulang tanpa memberitahu sebelumnya dan membelikan oleh-oleh untuk ibu dan Rahma.
Setelah sampai dirumah yang pertamakali saya temui adalah Rahma. Seperti biasa dia membuatkan saya segelas teh hangat dan beberapa potong tela goring.. Saya menanyakan kemana ibu?. Rahma hanya menjawab, “Ibu lagi di tiduran kak, kakak sholat aja dulu”.
Kemudian saya beranjak menuju mushola kecil dekat rumah yang semakin sepi sejak saya tak lagi disini. Sesudah dari mushola saya kembali berbincang dengan adik saya. Dia  bercerita banyak tentang teman-temannya di sekolah, tentang prestasi-prestasinya dan banyak  kelucuan dan kemanjaan yang dia ekspresikan yang selalu membuat saya rindu padanya. Diakhir candanya saya kembali menanyakan tentang keberadaan ibu.
Dan yang rahma jawab adalah..
              “Rahma bahagia punya ibu” tiba-tiba butir bening itu mengalir dari kedua matanya.
Hati saya tiba-tiba terhentak, sebenarnya apa yang terjadi pada ibu. Rahma saya paksa untuk bercerita, tapi  dia semakin terisak seakan menahan sakit yang ia pendam. Dia memeluk saya dengan erat, kemudian dia berbisik, “Kita harus sabar dan ikhlas kak, ini semua sudah ketentuan terindah Allah”.
              Rahma kemudian melepaskan pelukannya dan bercerita, bahwa 3 hari lalu itu yang menelpon adalah ibu, bukan  rahma. Ibu rindu dengan saya yang jarang memberi kabar dengan alasan padatnya kegiatan kampus.1 hari sesudahnya rahma melihat ibu yang hendak mengambil air di tong belakang rumah dan ternyata air di tong tersebut sudah bercampur  dengan darah yang keluar dari hidung ibu. Ibu segera dibawa ke rumah sakit oleh salah seorang tetangga dekat rumah. Karena tak ada yang dimintai tolong maka diruang tunggu ibu hanya ditemani rahma. Karena darah yang terus mengalir maka lantai disekitar tempat duduk ibu berlumuran dengan darah. Dokter memvonis ibu saya terkena Leukimia ganas. Karena darah yang terus mengalir maka ibu kekurangan darah, para dokter sudah berusaha menyelamatkan ibu. Tapi nyawa ibu tak bisa lagi diselamatkan.
          Tak bisa lagi kesedihan ini tuk dibendung. Rasa kecewa, marah dan menyesal bercampur menjadi satu. Wanita yang sangat berarti dalam hidup saya kini telah tiada. Betapa  lalainya saya. Mengabaikan pinta terakhir seorang ibu yang merindukan anaknya.  Salam rindu dari seorang ibu yang amat merindukan anaknya, salam cinta untuk terakhir kalinya. Tak  bisa saya mengobati penyakit ganas ibu dan sungguh tak bisa pula saya mengobati rindu ibu karena kelalaian saya.
           Ibu maafkan anakmu ini. Ibu Cinta kasihmu tiada bertepi. Kasih sayangmu terasa disetiap helaian nafas. Kini mulai terasa.. betapa ku rindu padamu ibu. Namun tiada guna lagi penyesalan ini, karena engkau tak akan kembali. Dan hati ini pun semakin merindu akan kehadiran dan hangat senyummu ibu.

by: Fatiyya e'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar