Sabtu, 30 Oktober 2010

Pemenang Sejati yang Dikenang

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Imran : 110).
Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. An-Nahl : 70)
Benar jika ada sebuah ungkapan bijak yang mengatakan bahwa dunia ini adalah sebuah arena seleksi untuk
mencari pemenang. Sedikit manusia yang menyadari bahwa kehidupan dunia adalah permaianan besar ( The Big Game) yang berhadiah syurga ataupun neraka. Sulit mendefinisikan pemenang sejati itu seperti apa. Kebanyakan definisi pemenang itu berdasarkan tolak ukur pandangan masyarakat. Bisa jadi dikatakan pemenang jika seseorang memiliki harta banyak, pendidikan tinggi, IPK tinggi, mempunyai rumah dan mobil mewah serta lain sebagainya. Namun lagi-lagi itu berdasar tolak ukur manusia. Namun apakah tolak ukur itu mampu menjamin seseorang itu adalah pemenang sejati? Pemenang yang akan terus dikenang walaupun jasadnya telah menyatu dengan tanah?
Seorang pemenang bisa saja gagal, namun dia tidak pernah menyerah pada kegagalannya, karena dia yakin bahwa semakin semakin sering ia gagal itu artinya semakin dekat ia dengan kesuksesannya. Gagal ibarat kita salah dalam mencari rumah pada sebuah alamat, semakin sering kita mendatangi rumah yang salah itu artiya semakin dekat kita dengan rumah yang kita cari, tinggal kita pelajari dan perbaiki atas kesalahan yang telah kita lakukan.
Salah satu contoh pemenang sejati adalah Imam Syafi’I, seseorang yang sudah hafal Al-Qur’an sejak usia 9 tahun dan diminta I’tijhadnya pada usia 13 tahun. Mungkin diantara kita sudah tidak asing lagi dengan gubahan syair sederhanya namun tersirat akan nilai-nilai yang dapat kita petik pelajarannya.
“Wahai anak adam, engkau pernah dilahirkan oleh ibumu dalam keadaan menangis. Sementara orang-orang disekitarmu tersenyum bahagia. Lakukanlah suatu amal usaha yang akan mereka menangis. Sementara engkau ‘pergi’ dengan tersenyum bahagia”
Syair yang sederhana bukan? Namun maknanya sungguh luar biasa. Di gubah oleh seorng ulama besar yang dikenang di seluruh umat islam di dunia. Dia telah membuktikan apa yang telah digubahnya dalam syairnya. Benar jika dia memang hidup hanya beberapa puluh tahun,namum dia berhasil mengukuir kesuksesan besar dalam hidupnya. Dia menjadi salah satu dari empat mahzab fiqih terkenal. Boleh saja ia meninggal,kepergiannya menyisakan tangis dan kesedihan dihati setiap orang. Namun ia seakan tetap hidup di hati orang-orang yang mengamalkan ilmu-ilmunya.
Wahai sauadaraku seiman, sesungguhnya kita ini pun pemenang, kita lahir dengan mengalahkan berjuta-juta sel sperma. Tidak inginkah kita mengukir nama kita dalam sejarah? Bermimpilah, bukankah mimipi itu merupakan salah satu kunci untuk menaklukan dunia?
Rumus Praktis Sang Pemenang adalah:
“Sang pemenang tidak melakukan sesuatu yang beda,pemenang hanya melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda”
Para pemenang yang dikenang sepanjang masa memiliki ciri yang khas; selalu bergerak lebih cepat dari zamannya dan semangatnya tak pernah memudar. Komitmen,konsisten dan optimis serta positive thinking adalah salah satu cara kita tuk menjadi pemenang sejati. Pemenang yang nantinya tidak akan menemukan syurga di dunia, tetapi juga syurga di akhirat. Karena kita sesungguhnya seperti yang Alloh janjikan pada surat QS. Al-Imran : 110
Wallahu a’lam bishshawab (gysl/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar