Bismillah….
Dengan nama Allah, saya memberanikan diri untuk menjadi mentor,bukan berarti saya jauh lebih baik dari yang lain, tetapi jiwa dakwah saya sudah berkali-kali dipanggil dan tidak mungin saya mengabaikannya. Sebut saja saya sebagai al-akh….
Al-akh yang insyaAllah sudah bergabung di jalan dakwah ini beberapa waktu silam. Tegang, itulah yang saya rasakan ketika pertama kali mengikuti mentoring saat PK2MABA. Tetapi, lambat laun saya malah menikmati mentoring itu. Setahun berlalu sejak saya mengikuti mentoring ini, yang Insya Allah dengan rutin karena Allah sang Penggenggam setiap jiwa memudahkan hati dan langkah ini hingga sampai ke mentoring. Tibalah saat Open Recruitment (OR) mentor tiba, dengan segala kesungguhan hati, memperbaiki, dan meluruskan niat, akhirnya saya memutuskan menjadi seorang mentor.
Mungkin banyak keraguan dihati para saudara-saudariku, mengapa begitu semangatnya saya ingin sekali menjadi mentor. Saya hanyalah manusia biasa, yang perlu perbaikan dan pembinaan, apalah jadinya saya jika jauh dari bimbingan agama, naudzubillah. Begitu banyak peristiwa-peristiwa yang semakin kuat menarikku untuk bergabung dijalan dakwah ini.
Bagaimana tidak?
Ketika ada seseorang yang mendatangi saya dan mengaku telah (maaf)melakukan zina dan ingin saya membimbingnya. Apalah saya ini, seseorang yang masih perlu dimimbing, tetapi harus membimbing orang lain. Tetapi Allah telah menakdirkan saya bertemu mereka lebih dari satu kali. Wajah yang kelam,itulah yang saya lihat dari mereka. Mungkin orang-orang seperti itu juga ada di kampus kita, dan mereka memerlukan uluran dakwah kita, boleh jadi mereka malu mengutarakannya. Mungkinkah kita hanya diam saja, ketika saudara-saudari kita begitu rindu akan cahaya Allah yang kini mereka dapati hanyalah kegelapan? Tidak inginkan kita menjadi perantara Allah dalam berbagi kebaikan dan cahaya yang menunjukkan jalan keluar?
Wahai saudaraku, apa yang sekarang kamu takutkan,
” jadi mentor ga harus jadi kiai dulu”,
“ga harus jadi ulama' dulu yang penting ia punya tekad untuk memperbaiki diri dan memperbaiki orang lain”…..
Itulah sepenggal kisah nyata dari salah seorang aktivis dakwah yang InsyaAllah sampai sekarangpun masih istiqomah dengan “binaannya”. jiwa dakwahnya karena melihat disekelilingnya yang memerlukan uluran dakwah dan berpikir banyaknya orang pintar di Indonesia namun sedikit sekali yang bermoral boleh jadi salah satu alasanya utuk tidak “apatis” terhadap sekitar. Masih kurangkah kisah beliau untuk membangunkan jiwa dakwahmu ya pemuda-pemudi generasi penerus panji-panji perjuangan Rasul?
Jika alasan utama kita dalah sibuknya waktu kuliah hingga tidak bisa menyediakan waktu untuk berdakwah, lantas bagaimana dengan Presiden BEM FK 2007, Yang juga punya jam terbang amat padat?
Adalah Aldilla wahyu Rahmadian atau yang akrab dipanggil Allidlla ini, ketika itu mengenal mentoring saat PK2MABA, dengan senang hati mengikuti mentoring setelah penat dari segala aktivitas adalah perasaanya ketika mentorning pertama kali menyapa dihatinya. Nuansa mentoring memberikan angin sejuk ketika itu. Teringat ia akan pesan kakak tercintanya yang mengatakan bahwa “ jika waktu tidak diisi dengan hal yang bermanfaat maka akan terisi oleh kesia-siaan”. Kalimat itulah yang menjadi salah satu penyemangatnya tuk terus istiqomah dalam mengikuti mentoring selama menjadi MABA. Sampai akhirnya OR tiba. Ia pun memberanikan diri untuk mendaftar menjadi mentor, dengan meniatkan untuk mencari ilmu.
Kelas 3 SMA, itulah masa ketika ia menyabut Hidayah yang menyapanya. Peristiwa ketika ia aktif di organisasi yang terkadang membuatnya “confront” dengan anggota SKI- lah yang membuatnya tersadar. “Apa yang telah saya lakukan selama 20 tahun ini, begitu saya lalai dan tidak mengenal Islam dengan baik”, ungkapnya lirik. Terlecutlah ia untuk memperbaiki dirinya agar dapat membawa bekal yang cukup di akhirat kelak, karena tidak ada seorangpun yang menjaminnya dapat hidup esok hari.
“Wahai saudara-saudariku, saya sudah terlambat mengetahui betapa indahnya Islam itu,dan saya tidak ingin adik-adik saya merasakan apa yang saya rasakan,”tambahnya.
Adalah Aldilla, seorang Presiden BEM yang InsyaAllah memiliki jam terbang yang padat tetapi terus menyediakan waktunya untuk berbagi ilmu kepada “adik-adiknya” dan mengikuti kajian LKI. Ia pun selalu menyempatkan waktunya untuk memotivasi para mentor yang lain untuk terus istiqomah di jalan dakwah yang berat ini.
“jalan dakwah memang berat dan pahit, tetapi balasan pahala yang dijanjikan Allah amatlah manis,” itulah sepenggal kalimat yang menyemangatinya ketika ia berkeluh tidak sanggup berada di jalan dakwah ini kepada kakak yang telah mengajaknya menjadi penerus perjuangan Rasul
Wahai, pemuda-pemudi yang memimpikan Rasul sebagai Mentornya, dakwah telah memanggilmu, tak inginkah engkau menyahut panggilanya? Lihatlah sekelilingmu, mereka perlu uluran dakwah,yang menyejukkan seperti embun pagi, menerangi ketika gelap dan menghangatkan laksana mentari pagi. Bisa jadi amal yang engkau anggap sepele, justru Allah ridha atas amalmu…….
Wallahu ‘alam bishshawab